SELAMAT DATANG~~~SUGENG RAWUH~~~WILUJENG SUMPING~~~RAHAJENG RAWUH

Selasa, 04 Desember 2012

BACKPACKER KE LOMBOK

Lombok
Disini saya hanya ingin men-share pengalaman backpacker saya dengan keempat kawan saat pergi menuju Lombok. Memang perjalanan ini sudah terjadi dua tahun yang lalu dari sejak saya menulis artikel ini, mungkin biayanya tidak akan jauh berbeda dengan saat ini.

Perjalanan kami diawali dari kota hujan Bogor. Kala itu tujuan kami ke Lombok sebenarnya bukan untuk berwisata melainkan untuk melakukan salah satu tugas PKL kami. Perjalanan dimulai dengan keberangkatan kami menuju Jakarta, tepatnya Stasiun Senen. Untuk menuju Stasiun Senen kami menggunakan Commuter Line dan berhenti di Stasiun Juanda. Dari Stasiun Juanda ini kami melanjutkan perjalanan dengan menggunakan bajaj hingga Stasiun Senen. Setibanya di Stasiun Senen sekitar pukul 10.00 dan dari stasiun inilah kami akan melakukan perjalan panjang menuju kota apel, Malang.

Setasiun Bogor
Untuk menuju ke Malang dengan kereta saat hanya terdapat dua macam dari Jakarta yaitu kereta eksekutif dan ekonomi. Karena judulnya saja sudah backpacker tidak mungkin kan memilih menggunakan kereta eksekutif. Kereta yang membawa kami menuju kota Malang adalah Kereta Matarmaja. Ketika itu suasana kereta ekonomi memang tidak sebaik saat ini. Waktu itu kereta ekonomi masih menjual tiket berdiri sehingga akan sangat banyak kita temukan orang yang berdiri dan duduk di sepanjang lorong kereta api. Suasana yang panas, ramai, dan tidak sedikit pria yang merokok di dalam kereta mewarnai perjalanan kami pada waktu itu.

Stasiun Malang Baru
Perjalanan menuju Malang memang cukup jauh dan membutuhkan waktu sekitar 18 jam perjalanan. Tepat pukul 07.00 pagi keesokan hari akhirnya kereta ini berhenti di stasiun terakhir, yaitu Stasiun Kota Malang. Selanjutnya kami akan melanjutkan menuju Banyuwangi dengan kereta. Tetapi karena kereta ke Banyuwangi berangkat pukul 14.30 maka kami istirahat dan menunggu dirumah nenek saya di Malang. Lumayan kan untuk memulihkan tenaga yang terkuras selama perjalanan sekaligus isi ulang perbekalan.


Pukul 13.30 kami sudah kembali berada di Stasiun Kota Malang. Setelah sejam menunggu akhirnya kereta Tawang Alun yang muju Banyuwangi datang juga. Karena tidak ada nomor duduk jadi kita harus ikut berdesakan dan berebut tempat duduk dengan penumpang lainnya. Karena penuhnya kereta sudah pasti kami semua tidak memperoleh tempat duduk. Bahkan untuk sekedar menyandakan diri saja terpakssa duduk ditangan bangku yang ada. Setelah setengah perjalanan barulah kami mendapatkan tempat duduk. Itu pun karena penumpangnya sudah turun terlebih dahulu. Perjalanannya cukup lama karena sejak berangkat dari Malang pukul 14.30 kita baru sampai di Stasiun Banyuwangi Baru sekitar pukul 21.30 jadi ada sekitar tujuh jam perjalanan.

Pelabuhan Ketapang
Karena kereta yang kami naiki adalah kereta yang terakhir sampai di stasiun ini sudah barang tentu pada saat kami sampai Stasiun Banyuwangi Baru sudah tutup dan sepi. Bahkan kami nyaris tidak bisa keluar stasiun karena pintu keluar telah dikunci. Beruntung ada petugas yang berjaga, sehingga pintunya bisa dibuka. Perjalanan dengan kereta yang cukup panjang dari Bogor hingga Banyuwangi telah terlewati sekarang saatnya pindah menggunakan  kapal laut. Untuk menuju Pelabuhan Ketapang kami berjalan kurang lebih 300 meter dari stasiun. Karena letaknya yang tidak terlalu jauh dengan stasiun. Sesampainya di pelabuhan lagi-lagi kami beruntung karena terdapat kapal Ferry yang akan menyeberang ke Bali. Penyeberangan dari Ketapang ke Gilimanuk Bali tidak terlalu lama hanya sekitar 45 menit.

Sesampainya di pelabuhan Gilimanuk tentunya akan ada pemeriksaan KTP, jadi jangan sampai anda tidak membawa tanda pengenal (KTP) karena perjalanan akan terhambat bahkan runyam hanya karena itu. Kami sampai di Pelabuhan Gilimanuk sekitar pukul 01.00 WITA. Untuk menyeberang ke pulau Lombok kita terlebih dahulu harus menuju Pelabuhan Padang Bai  Karena letakknya yang dibagian timur pulau bali jadi kami harus naik bus. Bus yang menuju pelabuhan Padang Bai dari Gilimanuk memang jarang dan ada setiap 2 jam sekali. Dari kejauhan tak lama kami melihat sebuah bus kosong yang terdiam di terminal Gilimanuk bertuliskan Gilimanuk-Padang Bai. Tanpa pikir panjang langsung saja kami naiki.

Pelabuhan Gilimanuk, Bali
Setelah menungu hampir setegah jam lebih akhirnya bus ini terisi penuh oleh penumpang dan siap untuk berangkat. Perjalanan malam yang sunyi menyisiri hutan belantara mewarnai perjalanan kami di malam itu. Sekitar pukul 05.00 WITA bus yang kami naiki sampai juga di Kota Denpasar. Masih harus melalui dua jam lagi untuk mencapai Pelabuhan Padang Bai  Karena jalanan yang tidak ramai dan lancar akhirnya kami sampai di Pelabuhan sekitar pukul 06.30 WITA.

Kapal yang akan membawa kami menuju Pulau Lombok telah bersandar di tepi dermaga. Setelah melewati perjalanan darat akhirnya kami kembali akan melanjutkan perjalanan laut. Kali ini penyeberangan akan berlangsung lebih lama, sekitar empat jam perjalanan. Selama perjalanan kapal, hamparan laut membentang luas. Inilah selat Lombok, salah satu perairan yang dilintasi oleh aliran Arus Lintas Indonesia (ARLINDO). Akhirnya sekitar pukul 11.45 merapatlah kapal yang membawa kami dari Bali ini di Pelabuhan Lembar, Lombok.

Pelabuhan Padang Bai
Untuk menuju ibukota Lombok, Mataram kita melanjutkan perjalan dengan menggunakan mobil sewa elv. Dari Lembar menuju Mataram juga lumayan jauh dibutuhkan waktu sekitar satu jam perjalan untuk akhirnya kita sampai di Mataram. Selama perjalanan menuju ibukota kami melihat bentangan alam di wilayah kepulauan sunda kecil ini yang cukup panas dan kering. Cukup berbeda jika dibandingkan dengan kondisi di Pulau Jawa. Akhirnya sampailah kami di Kota Mataram, ibukota Propinsi Nusa Tenggara Barat ini. Dari kota inilah anda dapat melanjutkan perjalanan menuju tempat-tempat wisata terkenal seperti Pantai Senggigi, Gili Trawangan, Pantai Kute Lombok, Gunung Rinjani dan objek wisata lainnya.

Rincian biaya perjalanan Bogor-Malang-Bali-Lombok (2010)
  • Bogor-Jakarta (Stasiun Juanda) dengan kereta api : 7.000/orang 
  • Stasiun Juanda-Stasiun Senen (bajaj) : 30.000 untuk 2 bajaj karena berlima jadi 5.000/orang 
  • Stasiun Senen-Malang dengan kereta api 55.000/orang
  • Malang-Banyuwangi dengan kereta api : 18.500/orang
  • Ketapang-Gilimanuk dengan kapal Ferry : 6.000/orang
  • Gilimanuk-Padang Bai dengan bus :30.000/orang
  • Padang Bai-Lembar dengan kapal Ferry : 30.000/orang
  • Lembar-Mataram dengan elv : 15.000/orang
  • Info : tahun 2012 tarif kerta commuter line 9.000 IDR, bus Gilimanuk-Padang Day 45.000 IDR dan Padang Bai-Lembar 35.000 IDR.
Yang disebutkan diatas adalah biaya yang dikeluarkan untuk ongkos angkutan. Sedangkan untuk biaya makan tidak disebutkan. Lebih baik membawa bekal yang cukup untuk menghindari membeli makanan disepanjang perjalanan sehingga bisa lebih hemat. Jadi ketika itu ongkos yang dikeluarkan dari Bogor-Lombok hanya 166.500 IDR sekali perjalanan. Murah bukan dengan biaya sekitar 400.000 IDR sudah bisa untuk ongkos PP.

Pelabuhan Lembar, Lombok
Mungkin saat ini karena telah trejadi kenaikan harga BBM berimabas pada kenaikan ongkos angkutan jadi akan berbeda sedikit tapi tidak terlalu jauh dari apa yang telah saya uraikan diatas. Untuk pengeluaran biaya makan dan oleh-oleh itu lain hal. Walaupun perjalanan yang dilalui lebih panjang ketimbang memakai pesawat, tetapi akan selalu ada kisah menarik selama perjalanan yang akan terkenang dan menjadi cerita dikemudian hari. Selamat mencoba!!!





»» READMORE...

Sabtu, 01 Desember 2012

DARI COKELAT, ES, HINGGA MASJID DI KOTA GEDE

Ketika berkunjung ke Kota Gede mungkin yang banyak terlintas adalah kerajinan peraknya. Memang di kawasan ini banyak ditemui pengrajin perak. Tetapi selain melihat perak tentunya masih ada sejumlah tempat yang menarik untuk dikunjungi. Ketika menyambangi rumah seorang kawan dikawasan Kota Gede saya diajak berkeliling disekitar sana. Dia hanya mengatakan bahwa akan membawa saya berkeliling tanpa mengatakan kemana tujuan kami sebenarnnnya.


Mulanya tempat yang disambangi adalah sebuah rumah dengan halaman yang luas. Ternyata rumah itu adalah gallery dan sekaligus pabrik pembuatan Cokelat Monggo. Cokelat Monggo adalah cokelat khas Jogja. Cokelat yang digunakan adalah cokelat terbaik yang berasal dari Pulau Jawa dan Sumatera. Di tempat ini kita dapat langsung melihat proses pembuatan cokelat secara langsung dan proses pengemasan. Cokelat Monggo ini memiliki berbagai varian rasa mulai dari yang Paraline dengan isi selai strowbery, durian dan potongan kacang; kombinasi dengan chilli, jahe, dan lainnya. Untuk lebih mengetahui sejarah berdirinya Coklat Monggo ini anda bisa melihatnya di http://chocolatemonggo.com


Perjalanan pun kami lanjutkan menuju Masjid Kotagede. Masjid ini merupakan masjid tertua dan telah berdiri sejaka zaman Keraajaan Mataram. Lokasinya masih berdekatan dengan makam raja-raja Mataram. Rumah penduduk disekitar itu pun masih banyak yang berarsitektur Jawa kuno.


Setelah puas berkeliling di kawasan itu rasa lapar pun datang. Sekitar 200 meter dari Masjid Mataram terdapat warung sederhana yang menjual berbagai macam es dan bakso. Ketika memasuki warung kesan sederhana dan kuno pun mulai tampak. Warung ini sangat sederhana terlihat dari perkakas yang digunakan, toples-toples kuno yang berjajar hingga teko yang terbuat dari seng tak luput terlihat oleh mata. Daftar menu ditulis disebuah papan dengan ejaan lama bercampur dengan aksara jawa. Antara ruang makan dengan dapur hanya dibatasi oleh jajaran botol Sar Saparila yang disusun rapi.


Menu yang terdapat di warung ini juga beraneka ragam., mulai dari es buah, es ketan, es soklat (coklat), es jeruk dan es-es lainnya. Tidak hanya es disni juga disediakan minuman hangat seperti wedang tape, wedang jahe, teh, kopi dan lainnya. Selain kerupuk yang diletakkan pada toples-toples jadul; gorengan seperti bakwan, tahu dan tempe yang ditemani cabe rawit dengan ukuran besar; serta tentunya bakso yang menjadi menu andalan dari warung Sido Semi ini. Harga dari makanan yang dijual di warung ini juga tergolong murah. Karena waktu kami datang baksonya sudah habis jadi hanya makan tiga buah gorengan dengan sebotol saparila dan uang yang harus saya bayarkan hanya 5.000 IDR. Cukup murah bukan!!!





»» READMORE...

BERSEPEDA DI ALUN-ALUN KIDUL JOGJA

Alun-alun selatan atau yang biasa dikenal dengan Alun-Alun Kidul (Alkid) ini letaknya berada disebelah selatan Keraton Jogjakarta. Ketika siang hari memang alun-alun ini relatif lebih sepi dan pada sore harinya biasa digunakan oleh anak-anak kecil untuk bermain bola. Jika ingin menghabiskan waktu di malam hari tidak ada salahnya untuk menyambangi alun-alun ini.

Keramaian Alun-Alun Kidul di malam hari
Ketika malam alun-alun kidul akan lebih ramai. Banyak ditemui lesehan dari para penjaja makanan dan minuman. Disini akan ditemui banyak penjual minuman ronde. Ronde adalah minum hangat yang terdiri dari air jahe yang diisi oleh kacang, potongan roti tawar, kolang kaling dan bulatan ronde. Ronde sendiri terbuat dari tepung beras yang didalamnya berisi lelehan gula jawa dan potongan kacang tanah.

Selain ronde disini pun dijual minuman bajigur. Bagi yang berasal dari Sunda jangan heran walaupun namanya sama tetapi bajigur disini disajikan berbeda. Bajigur di Jawa Barat adalah minuman yang terbuat dari santan kelapa yang diberi gula merah dan biasanya ditemani dengan kue pais, nagasari, rebusan pisang, ubi, atau jagung. Di Jogja wedang bajigur terbuat dari santan kelapa yang diberi tambahan jahe, bubuk kopi, dan sirup gula jawa. Biasanya akan ditambahkan potongan roti tawar dan kolang kaling. Pisang dan jagung bakar pun banyak dijajakan di Alkid. Bahkan bagi yang ingin makanan berat pun ada seperti ayam bakar, ikan bakar, tempe penyet dan lainnya.

Yang terkenal dari Alkid ini adalah berdirinya dua buah pohon beringin kembar yang berada ditengah alun-alun. Banyak orang yang mencoba permainan Masangin. Permainnya memang sederhana tetapi tidak semudah yang dibayangkan. Kita hanya tinggal berjalan melewati kedua pohon tersebut. Tidak sekedar berjalan tetapi tantangannya adalah berjalan dengan mata tertutup dari ujung alun-alun. Tidak semua orang berhasil melewati kedua pohon itu. Banyak yang berjalan miring dan tidak sedikit yang malah kembali berbalik ke tempat semula. Menurut cerita orang yang berhasil melewati kedua pohon itu memiliki jiwa yang bersih. Disana juga banyak yang menyewakan penutup mata dengan harga sewa 3.000 IDR.

Alun-Alun Kidul di sore hari
Terdapat cerita yang berkembang di masyarakat mengenai mitos kedua pohon beringin tersebut. Salah satunya ketika dahulu pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono I dilakukan sayembara bagi para kesatria yang ingin meminang putrinya. Saat itu syaratnya siapa yang berhasil melewati kedua pohon itu dengan mata tertutup akan dipersilahkan untuk meminang putrinya. Ketika itu yang berhasil adalah pangeran dari kerajaan Pajajaran putra dari Raja Siliwangi. Raja menggap bahwa pangeran dari tanah Sunda itu memiliki hati yang bersih sehingga mampu melewati kedua pohon tersebut.

Versi lainnya ada yang mengatakan bahwa ditanamnya kedua pohon itu digunakan sebagai pengecoh bagi tentara asing yang ingin menyerang keraton. Tentunya masih banyak versi lainnya mengenai alun-alun kidul ini.

Kemeriahan alun alun ini juga dilengkapi dengan banyaknya penyewaan sepeda hias. Berbagai macam bentuk sepeda ada disini, mulai dari yang roda dua, roda tiga, sampai empat pun ada. Yang membuatnya menarik adalah sepeda yang banyak dihiasi oleh lampu dan ornamen-ornamen lucu diatasnya, seperti hiasan lampu berbentuk gajah, doraemon, bebek dan masih banyak lainnya. Tidak sedikit sepeda yang dilengkapi dengan dvd player. Jadi sambil bersepeda kita juga dapat berkaroke ria bersama. Harga sewanya bemacam-macam tergantung dari jenis sepeda serta fasilitas yang ada didalamnya dan tentunya banyak putaran yang akan dilalui. Waktu itu saya dan kedua teman saya dikenai 30.000 IDR untuk sepeda dengan kapasitas 4 orang, fasilitas dvd pleyer, dan putaran 5 kali bonus 1 kali jadi total 6 putaran. Lumayakan untuk mengencangkan betis. Ketika akan menyewa sepeda jangan langsung setuju dengan harganya tawar saja dahulu siapa tahu kan bisa dapat harga yang lebih murah. 





»» READMORE...

Jumat, 30 November 2012

BERKUDA DI KAWASAN GEDONG SONGO, SEMARANG

Gedong Songo
Saat perjalanan dari kota Ambarawa menuju Semarang saya menyempatkan diri untuk mengunjungi objek wisata Gedong Songo. Saya tertarik untuk menyambangi tempat itu setelah melihat papan reklame penunjuk jalan  yang menujukan arah ke Gedong Songo.

Untuk mencapai komplek candi Hindu itu memang jalan yang ditempuh cukup berat. Jalanan yang menanjak serta tikungan yang tajam harus dilalui. Karena letak dari kompleks candi Gedong Songo berada di lereng Gunung Ungaran. Wilayah ini termasuk kedalam Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Tikungan yang dilalui cukup tajam hingga mencapai 45 derajat. Sepanjang perjalanan mata ini akan dimanjakan oleh hijaunya pepohonan dan pemandangan ladang-ladang  sayur milik warga sekitar. Selama perjalanan kami melalui dua buah pasar. Disini banyak dijual hasil pertanian seperti sayur mayur dan buah-buahan. 


Setelah menempuh waktu sekitar 45 menit dari persimpangan jalan raya Bandungan akhirnya sampailah di pintu utama objek wisata Gedong Songo. Untuk masuk ke dalam komplek candi para pengunjung dikenakan biaya sebesar 5.000 IDR. Gedong Songo dalam bahasa Jawa "gedong" yang artinya bangunan atau rumah dan "songo" artinya sembilan, jadi gedong songo artinya kelompok gedung yang berjumlah sembilan. 


Letak dari satu komplek ke komplek candi lainnya cukup jauh. Bahkan jarak dari pintu utama ke kelompok candi pertama saja berjarak sekitar 200 meter dengan jalan yang menanjak. Semakin besar nama kelompok candi maka semakin tinggi pula lokasi candi itu. Untuk memutari seluruh komplek candi dibutuhkan tenaga ekstra karena jalannya yang semakin mendaki dan suhu udara yang cukup dingin sekitar 15 samapai 27 derajat Celsius. Ketika diperhatikan lebih jauh candi-candi yang berada disini memiliki kesamaan seperti candi yang saya temui ketika berpetualang di Dieng, Wonosobo. 


Untuk menuju komplek candi 9 jalan yang dilalui adalah melewati kumpulan pohon pinus. Pohon-pohon ini berdiri tegak dan teratur sehingga memberikan pemandangan yang indah. Menurut cerita orang setempat dahulu candi-candi ini digunakan oleh para raja untuk berdoa atau bertapa dan mendekatkan diri pada dewa. Dibangunnya Gedong Songo di dataran yang tinggi atau pegunungan dimaksudkan untuk menjaga kekhusukan dalam berdoa. Selain itu anggapan bahwa semakin tinggi lokasi sembahyang maka akan semakin cepat terkabul doa mereka karena letaknya yang semakin dekat dengan tempat dewa di langit. 


Selain candi di komplek wisata ini juga terdapat tempat pemandian air panas. Karena disalah satu lokasi banyak dijumpai batuan belerang yang mengandung sulfur. Untuk memasuki atau mandi sembari menikmati hangatnya air panas ini dikenakan biaya masuk sebesar 40.000 IDR/orang. Bagi anda yang tetap ingin mengitari seluruh komplek candi tanpa merasa lelah ditempat ini juga disediakan penyewaan kuda. Jadi selama perjalanan ini anda akan menaiki kuda. Untuk memutari seluruh komplek dengan berkuda harga sewa untuk wisatawan lokal sebesar 50.000 IDR.


Tidak hanya sembarang menaiki kuda, saat menaikinya para pemilik kuda juga akan memberikan pelatihan dan pelajaran yang langsung dapat dipraktekan tentang bagaimana caranya menunggang kuda yang benar. Selain menikmati wisata sejarah bagi anda yang belum mengerti cara berkuda dengan baik tentunya akan membuat anda setidaknya menjadi mengerti bagaimana cara menunggang kuda yang baik dan benar.


Udara yang dingin tentunya akan membuat kita mudah lapar. Untuk mengisi perut yang kosong di area ini juga banyak dijual sate kelinci. Tetapi bagi anda yang tidak suka karena merasa tidak tega memakan hewan lucu itu banyak terdapat alternatif makanan lainnya disana. Di area tersebut juga banyak dijual cenderamata dan baju hangat yang dapat anda jadikan sebagai oleh-oleh.





»» READMORE...

MALIOBORO

Malioboro, tidak ada orang yang tidak mengenal tempat ini. Kawasan yang berada di tengah Kota Jogja ini sudah melekat erat sebagai icon Propinsi DIY. Jalan Malioboro merupakan garis imaginer yang menghubungkan Pantai Parangteritis, keraton, Krapyak dan Merapi. Jalan ini juga merupakan satu dari tiga jalan yang membentang menintasi Tugu Jogja, Stasiun Kereta Tugu hingga Kantor Pos Yogjakarta.


Titk Nol
Penamaan jalan ini didasarkan atas fungsinya sebagai jalan menuju keraton. Dahulu sepanjang jalan ini ditanami beberapa pohon dan untaian kembang saat terdapat iring-iringan keraton melintas ataupun tamu agung yang datang. Kata malioboro berasal darikata "malio" yang artinya mulia dan "boro" yang artinya jalan yang dihiasi oleh untaian bunga.

Sebenarnya perjalanan pertama kali saya ke Malioboro terjadi sejak tiga tahun silam tepatnya pada tahun 2009. Sejak saat itu setiap berkunjung ke Kota Jogja pasti saya akan selalu menyambangi kawasan tersebut. Keunikan dan suasananya membuat saya selalu rindu untuk kembali kesana.

Sepanjang Jalan Malioboro mulau dari Stasiun Tugu hingga Monumen Serangan Umum 1 Maret ramai berdiri lapak-lapak penjual yang menjajakan cenderamata khas Jogja, makanan, dan pakaian (batik). Di jalan ini terdapat pasar tradisional yang telah berdiri sejak puluhan tahun lalu yaitu Pasar Beringharjo. Di pasar ini segala macam barang dapat kita temui, mulai dari pakaian batik, makanan, hasil bumi, obat tradisional, kosmetik, peralatan rumah tangga dan lainnya. Pasar ini dibuka sejak pukul 09.00 pagi.

Saat pagi-pagi melewati jalan ini yang paling enak adalah sarapan sego pecel. Di depan Pasar Beringharjo banyak sekali si mbok dan bahkan si mbah yang berjualan sego pecel berserta lauk pauknya dengan harga yang relatif murah. Ketika malam tiba mulai dari kawasan Stasiun Tugu hingga sisi jalan sepanjang dean Hotel Inna Garuda hingga Pasar Beringharjo banyak dibuka tempat makan atau yang biasa dikenal dengan angkringan. Bagi yang gemar minum kopi, tentunya jangan lewatkan untuk meminum kopi jos sambil menikmati suasana malam Malioboro.


Malioboro saat siang dan malam hari
Tidak jarang jalan ini sering dijadikan sebagai tempat untuk menampilkan pertunjukaan seni. Ketika watu-waktu tertentu event-event yang diadakan biasanya akan melewati jalan ini. Seperti event Gunungan saat memperingati malam satu suro (tahun baru Islam) dan Mubeng Benteng yang berlangsung pada beberapa waktu lalu.

Disekitar Malioboro juga banyak berdiri tempat penginapan. Mulai dari yang harga sewa paling murah hingga mahal ada semua. Ketika liburan tiba akan sulit bagi anda untuk menemukan tempat penginapan yang kosong disana. 

Sepanjang Jalan Malioboro berdiri bangunan-bangunan penting dan bersejarah. Mulai dari Kantor Gubernur DIY, Kantor DPRD, Pasar Beringharjo, Gedung Agung, Benteng Vredebrug hingga patung besar yang berbentuk kaki atau yang biasa dikenal sebagai Titik Nol. Jalan ini akan menghubungkan kita dengan Alun-Alun Utara. Ketika waktu Sekatenan di alun-alun ini akan berdiri pasar malam dan biasanya berlangsung selama satu bulan.





»» READMORE...

LAWANG SEWU


Lawang Sewu
Lawang Sewu adalah tempat yang tidak lupa saya datangi ketika berada di Kota Semarang. Lawang Sewu berasal dari bahasa Jawa yaitu kata Lawang yang artinya pintu dan Sewu yang artinya seribu. Jadi lawang sewu artinya pintu seribu. Hal ini dikarenakaan bangunan megah ini memiliki pintu yang begitu banyak dan diperkirakan jumlahnya mencapai seribu.

Bangunan yang pada masa kolonial Belanda digunakan sebagai Kantor Het Hoofdkantoor van de Nederlansch Indische Spoorweg Maatscappij (NIS) tepat berada di depan Tugu Muda Semarang. Untuk masuk kedalam bangunan ini wisatawan diharuskan membayar tiket sebesar 5.000 IDR.

Saat berkunjung kesana bangunan ini sedang dipugar, sehingga wisatawan hanya dapat memasuki bagian belakang bangunan. Di sana juga dipamerkan foto-foto mengenai perkereta apian pada saat itu. Selain itu juga terdapat foto-foto perubahan bentuk bangunan dari masa ke masa. Kita pun dapat melihat beberapa contoh barang yang berkaitan dengan bangunan tersebut seperti genteng, batu bata, hingga berbagai macam ubin yang dipasang.



Lawang Sewu
Bagunan yang pada masa Belanda ini dijadikan sebagai Kantor Pusat Perusahan Kereta Api Swasta terdiri atas tiga lantai. Hal ini terlihat dimana pada bagian depan bangunan dipajang kepala lokomotif yang tentu umurnya sudah sangat tua. Pada sisi lain dari bangunan terdapat jalan menuju ruang bawah tanah. Ruang bawah tanah ini cukup gelap, dan untuk memasukinya kita diharuskan menyewa sepatu boot sebesar 10.000 IDR ini sudah termasuk biaya masuk dan lengkap dengan pemandu wisatnya. Diharuskannya menggunakan sepatu boot karena banyaknya genangan air disepanjang lantai.

Ruang bawah tanah ini dahulu dibuat untuk menampung air yang berguna sebagai pendingin ruangan. Ketika air mengembun maka akan menyerap masuk kerongga dinding yang menyebabkan ruangan diatasnya menjadi sejuk. Karena pada saat itu tentunya belum ada AC. Akan tetapi, pada masa pendudukan Jepang ruang bawah ini berubah menjadi penjara. Kekejaman Jepang pada saat itu terlihat ketika banyaknya tawanan yang dimasukkan kedalam penjara. Kondisi tempat yang tidak manusiawi tanpa adanya cahaya dan rongga udara yang baik memang cocok dijadikan tempat oleh para tentara Jepang untuk memenjarakan warga yang dianggap memberontak. Tidak hanya sebagai ruang penjara, tidak sedikit tawanan yang dihukum mati di tempat ini. Di sana terdapat penjara berdiri, penjara jongkok, rantai besi, hingga tempat pemasungan. Ruang bawah tanah ini hampir sama bentuk dan fungsinya seperti ruang bawah tanah di Museum Fatahillah Jakarta.



Lawang Sewu
Saat melewati salah satu sisi ruang bawah tanah terdapat sekitar dua pintu kecil yg menghubungkan bangunan ini dengan jalan menuju sungai. Jika dilihat dari atas tanah, bagian yang terdapat pintu kecil itu nampak seperti tempat penampungan sampah. Ternyata itu adalah jalan pintas yang digunakan untuk membuang tawanan yg telah dibunuh oleh tentara Jepang.

Karena dahulu banyak terjadi pembantaian yang dilakukan di bangunan ini maka berkembang anggapan bahwa tempat ini banyak dihuni oleh makhluk gaib. Maka tidak jarang pada tengah malam banyak orang yang sengaja memasuki ruangan ini hanya untuk menguji nyali mereka. Akan tetapi, setelah dilakukan perbaikan oleh pemerintah setempat bangunan ini dialihkan sebagai objek wisata bangunan sejarah dan kadang-kadang dijadikan sebagai tempat pertunjukan pagelaran seni.


Ketika anda berkunjung ke kota lumpia ini jangan lupa untuk menyempatkan diri berkunjung ke Lawang Sewu. Selain kita akan disuguhkan oleh pesona keindahan bangunan kuno yang masih berdiri kokoh hingga saat ini kita juga dapat menambah pengetahuan mengenai sejarah bangsa Indonesia.





»» READMORE...

BARON,,PANTAI DI SELATAN YOGJAKARTA

Baron salah satu pantai yang tidak jauh dari pantai Sundak dan menjadi pantai kedua yang saya datangi saat itu. Tidak hanya pantai Baron Kawasan Wisata Baron juga meliputi beberapa pantai lainnya seperti Pantai Siung, Sundak, Krakal dan Kukup. Pantai yang terletak di sebelah barat pantai Sundak ini memiliki daya tarik tersendiri. 


Pantai Baron

Jarak dari tempat parkir menuju bibir pantai memang tidak sedekat Pantai Sundak. Sedikit lebih jauh yaitu sekitar 100 meter. Berbeda dengan Pantai Sundak pada pantai ini terlihat lebih ramai oleh warung, nelayan, tempat penginapan dan tempat pelelangan ikan. Pantai yang diapit oleh bukit di sisi kanan kirinya merupakan area teluk. Pada pantai ini kita juga akan menemukan jejeran kapal nelayan yang sedang disandarkan.


Muara sungai 

Kodisi pantai yang indah dan warna pasir yang coklat membuat para wisatawan rela menceburkan diri ke area pantai. Tetapi area yang dapat digunakan untuk berenang terbatas hanya sampai pada penanda akhir areaa aman berenang. Hal ini dikarenakan ombak pantai yang cukup besar dan berbahaya. Tidak jauh dari bibir pantai terdapat sungai yang mengalirkan air tawar menuju laut. Berbeda dengan sungai pada umumnya, sungai ini memiliki air tawar yang bersih karena air ini mengalir dari dalam bawah tanah. Dengan bersihnya air maka tidak sedikit wisatawan yang berenang di sungai ini. 


Muara sungai

Jika anda pernah mengunjungi Pantai Depok, Pantai Baron ini sama seperti Pantai Depok. Di pantai ini banyak terdapat warung-warung penjual makanan laut. Jadi selain menikmati desiran ombak di tepi pantai kita juga dapat memanjakan lidah kita dengan makan laut yang dijajakan. Bagi yang ingin menikmati malam di Pantai Baron dua bukit yang berada di sisi pantai dapat dijadikan alternatif menginap yang baik. Karena di tempat itu kita dapat melihat hamparan laut yang luas. Selain itu, dari bukit ini tentu kita dapat menikmati senja yang indah.    






»» READMORE...