SELAMAT DATANG~~~SUGENG RAWUH~~~WILUJENG SUMPING~~~RAHAJENG RAWUH

Jumat, 21 September 2012

SANG FAJAR DI NEGERI AWAN


Udara yang begitu dingin hingga menusuk tulang dan tidak sedikit anggota tubuh yang menjadi kaku karenanya. Suhu udara yang mencapai 13 derajat Celsius membuat saya dan sahabat traveling saya Rieke "Ownenk" begitu sulit untuk membuka mata pagi itu. Akan tetapi, keinginan kuat untuk bertemu sang surya di atas awan mengalahkan rasa dingin yang menusuk. Ditambah suara berisik dari empat orang wisatawan asing yang menginap di samping kamar yang bersiap untuk melakukan pendakian demi menikmati hangatnya sinar matahari di atas Gunung Sikunir.

Sikunir,gunung yang terletak di Dataran Tinggi Dieng ini memang kurang dikenal dibandingkan dengan gunung lainnya di Pulau Jawa seperti: Gunung Merapi, Semeru ataupun Bromo. Ketinggian yang mencapai 2350 meter dpl menjadikan tempat ini sebagai salah satu lokasi sunrise terbaik di Pulau Jawa.

Perjalanan dari tempat kami menginap membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk berjalan kaki menuju kaki Gunung Sikunir. Karena waktu itu sudah pukul 04.30 maka untuk mengejar sunrise akhirnya kami pun memutuskan untuk naik motor. Tidak hanya berdua akhirnya kami ditemani oleh Pak Biyanto, sebut saja Pak Bee. Beliau adalah warga setempat yang bersedia menemani kami mendaki Gunung Sikunir.

Perjalanan 8 km dengan motor yang menembus udara subuh itu begitu dingin, hingga jemari tangan pun ikut keram dibuatnya. Untuk menuju kaki gunung kita akan melewati Telaga Warna, Kawah Sikidang dan Telaga Cebong. Ketika sampai di pos pemberhentian, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki. Lokasi itu sangat gelap karena tidak ada penerangan lampu di kawasan tersebut. Cahaya yang membantu langkah kaki hanyalah cahaya senter, bulan dan jutaan bintang di atas langit.

Selama awal pendakian kami disuguhkan dengan ladang yang berisi tanaman kentang. Dimana dataran tinggi ini memang terkenal sebagai penghasil sayuran. Selepas itu jalan menanjak mulai kami lalui, diawali dengan jalan yang semaki sempit dan kontur yang menanjak. Selama pendakian dibutuhkan konsentrasi yang cukup baik, karena ketika mendaki salah satu sisi adalah jurang yang cukup dalam. Perjalanan menanjak dengan banyaknya batuan menjadikan rute ini licin ketika hujan turun.


Setelah berjalan kurang lebih satu jam akirnya kami sampai di puncak gunung Sikunir. Ketika itu kami adalah pendaki pertama yang sampai disana. Tidak lama berselang datang rombongan lain yang juga ingin menikmati sunrise di gunung ini. Sesaat setelah sampai di puncak gunung jajaran awan membentang luas bagaikan lautan gumpalan gas yang berjalan dengan anggunnya. Inilah yang membuat kami seperti berada di negeri awan.


Ketika pukul 05.30 sedikit demi sedikit udara menghangat akibat pancaran sinar matahari yang terbit. Sedikit demi sedikit pula cahaya merah mulai tampak dari ufuk timur. Terus menaik dengan anggunnya menjadikan lautan awan yang tadinya berwarna kelabu menjadi jingga kemerahan. Begitu indahnya melihat sang surya terbit di atas lautan awan yang di kelilingi oleh beberapa gunung. Dari puncak ini terlihat puncak Merapi yang terlihat miring akibat letusan tahun 2010 silam. Tidak hanya itu, Sindoro, Merbabu, dan Gunung Ungaran pun nampak begitu kokoh berdiri menatap sang surya.

Dada yang terasa sesak dan nafas yang terengah-engah serta rasa lelah kaki selama pendakian pun terbayar dengan menikmati bangunnya sang surya di atas negeri awan.






»» READMORE...

Rabu, 12 September 2012

TELAGA DI NEGERI KAYANGAN


Telaga Warna
Tidak hanya wisata candi dan kawah saja yang terkenal dari Dataran Tinggi Dieng. Telaga Warna merupakan salah satu wisata Dataran Tinggi Dieng yang sangat terkenal. Berada diketinggian lebih dari 2000 meter dpl menjadikan telaga ini terasa cukup dingin walaupun matahari tampak cerah bersinar. Yang menjadikannya berbeda dengan telaga lainnya yaitu warna air dari telaga yang sangat cantik. Kadang warna air di telaga ini dapat berwarna hijua, biru, kuning bahkan ungu.

Untuk mencapai lokasi ini kami membutuhkan waktu berjalan kaki selama 20 menit. Sebenarnya lokasi loket masih berada 50 meter dari lokasi kami masuk. Kami memasuki kawasan ini melalui pintu belakang yang aksesnya lebih dekat menuju telaga. Untuk memasuki kawasan ini kami berdua dikenakan biaya 12.000 IDR, karena lewat pintu belakang maka harganya pun lebih murah dibandingkan dengan lewat pintu utama (sekali lagi jangan ditiru ya..!! heheh).

Walaupun perjalanan kami ditemani oleh jajaran pohon pinus yang cukup rimbun, tapi kami sudah dapat  mengintip keelokan telaga itu dari jauh. Semakin mendekati telaga bau belerang mulai tercium. Ternyata memang terdapat sebuah bukit yang mengandung belerang didalamnya.

Telaga Warna
Menurut warga sekitar berbagai warna yang muncul di telaga ini konon diakibatkan oleh jatuhnya batu perhiasan seorang bangsawan kedalam telaga. Akibatnya warna air di telaga ini menjadi beraneka ragam. Akan tetapi secara ilmiah warna-warna yang tampak dari telaga ini diakibatkan oleh adanya kandungan batu belerang didalamnya. Ketika terkena matahari maka warna ini akan dibiaskan dan ditangkap oleh mata menjadi warna-warna seperti biru, hijau, kuning, hingga ungu.

Semakin mendekat kami semakin takjub dengan warna air telaga yang begitu cantik. Pada saat itu air telaga berwarna biru, hijau toska, dan kuning keemasan. Dengan dikelilingi pegunungan yang hijau semakin mempercantik pemandangan di sekitar telaga warna ini. Di samping telaga warna terdapat telaga lainnya yang menyerupai dengan telaga warna. Telaga ini bernama Telaga Pengilon, tetapi pada saat kami kesana warna airnya tidak sebagus air Telaga Warna.

Telaga Warna
Menurut penjaga pintu untuk memperoleh view yang baik dapat dilihat dengan menaiki bukit yang berada di sebelah kiri. Akhirnya kami pun menjajal untuk menaiki bukit tersebut. Setelah setengah perjalan akhirnya kami memutuskan untuk tidak melanjutkan dikarenakan jalan yang sulit dan ditambah hanya kami yang menaiki bukit tersebut. Walaupun hanya separuh perjalanan tapi telaga ini sudah cukup tampak indah jika dilihat dari atas.

Gua Sumur
Setelah puas menikmati indahnya Telaga Warna kami pun melanjutkan perjalanan menyusuri jalan kecil yang tersedia. Akhir jalan ini membawa kami ke sisi lain dari telaga. Jalan ini membawa kami pada Goa Sumur, Goa Jaran, dan Goa Semar. Selain itu sebelum mencapai goa tersebut terdapat pahatan patung emas Mahapatih Gajah Mada. Dari sini pula kita dapat menuju Dieng Plateau Theater. Tempat yang biasa digunakan untuk pemutaran film sejarah awal mula terbentuknya dan perkembangan Dieng dari tahun ke tahun.




»» READMORE...