SELAMAT DATANG~~~SUGENG RAWUH~~~WILUJENG SUMPING~~~RAHAJENG RAWUH

Selasa, 02 Oktober 2012

CANDI PANDAWA

Setelah puas menikmati matahari terbit di Gunung Sikunir perjalanan pun kami lanjutkan. Berbeda dengan perjalanan sebelumnya, kali ini kami memutuskan untuk pergi menjelajah kawasan Dieng tanpa Pak Bee. Setelah mengantarkan kembali ke penginapan akhirnya kami pun berpisah dengan Pak Bee. Walaupun waktu masih menunjukkan pukul 08.00 pagi, tetapi cahaya matahari yang terik terasa menyengat kulit. Mulai terasalah suara genderang dari perut kami. Karena ingin menghemat uang saku maka sarapan kali ini hanya dengan sebungkus popmie yang kami bawa sebagai bekal. Uang yang keluar dari kantong kami waktu itu hanya 6.000 IDR untuk membeli segelas teh hangat dan air panas untuk menyeduh mie.

Komplek Candi Arjuna
Merasa tenaga telah kembali dan siap untuk berpetualang kembali kami pun beranjak meninggalkan warung dan menuju kawasan candi di wilayah Banjarnegara. Di kawasan ini banyak berdiri candi Agama Hindu. Hal ini dicirikan dengan adanya arca Dewa Siwa, Wisnu, Ganesha, dan lainnya. Komplek candi yang ada diwilayah ini cukup unik karena bentuknya yang tidak terlalu besar, lokasi yang berjauhan dan penamaan yang menggunakan nama lakon Mahabarata yaitu keluarga Pandawa.

Komplek candi yang pertama kami kunjungi adalah Komplek Candi Arjuna. Pada komplek ini berdiri beberapa candi lainnya. Candi Arjuna terlihat lebih besar dibandingkan candi lainnya di kompleks tersebut, sehingga dianggap sebagai candi utama di komplek ini. Di bagian depan Candi Arjuna terdapat Candi Semar yang berbentuk kubus dan lebih pendek. Bagain utara Candi Arjuna terdapat Candi Srikandi, Sembadra dan Puntadewa. Bagi anda yang pernah berwisata ke Gedong Songo di Ungaran, Candi Arjuna ini memiliki kesamaan dengan candi di Gedong Songo.

Candi Bima

Penataan taman pun sudah baik di kawasan Candi Arjuna dan terdapat jalan setapak yang menghubungakan kompleks Candi Arjuna dengan kompleks Candi Gatotkaca. Pada komplek Candi Gatotkaca hanya Candi Gatotkaca saja yang masih berdiri utuh sedangkan candi lainnya seperti Setyaki, Nakula dan Sadewa hanya tinggal reruntuhannya saja. Kompleks candi selanjutnya adalah Dwarawati dan Bima. Candi Bima ini terletak di bagain atas bukit dan berdekatan dengan lokasi menuju Kawah Sikidang.

Tepat di seberang jalan dari Candi Gatotkaca terdapat museum candi dan tempat pemutaran film dokumenter mengenai sejarah Dataran Tinggi Dieng. Untuk memasuki museum ini wisatawan dikenakan biaya 5.000 IDR per orang. Museum ini berisi berbagai macam bagian dari reruntuhan candi dan arca-arca dewa dewi.

Candi Gatotkaca



Kaki yang mulai terasa sakit dan lelah membuat kami malas untuk berjalan kaki menuju Dieng Plateau Theater. Jangan dibayangkan seperti di Puncak Cisarua ataupun Pantai Parangtritis yang menyediakan alat transportasi yang mudah dijangkau dan ada setiap saat, bahkan ojek saja tidak ada dikawasan ini. Dengan bermodal nekat kami pun menyetop setiap truk sayur yang lewat. Setelah tidak berhasil menyetop dua truk sayur, akhirnya truk ketiga yang kami stop pun berhenti. Kali ini buka truk sayur yang berhenti, tetapi truk pengankut pupuk tanaman yang berasal dari kotoran hewan.

Setelah mengatakan maksud kami meyetop truk itu, akhirnya bapak pengemudi truk bersedia mengantarkan kami menuju Dieng Plateau Theater. Ternyata jaraknya cukup jauh ditambah dengan jalan yang menajak, dan sangat yakin jika kami berjalan kaki dengan kondisi seperti itu dibutuhkan waktu 1,5-2 jam hingga sampai di DPT.

Perjalanan yang menyenangkan bisa mendapatkan tumpangan gratis dan cerita sejarah mengenai anak rambut gimbal dari bapak supir truk. Walaupun sesekali tercium wangi parfum alami yang kalau dirasakan baunya malah mirip seperti terasi udang (jangan dibayangkan ya!!).





Tidak ada komentar:

Posting Komentar